profile-image
0
Cerita
0
Joy
 

Fan board

Author Mi
Salam kenal, Kak. Bantu support cerita aku juga, ya, yang berjudul *ISTRIKU BERUBAH SETELAH AKU MEMBAHAS TENTANG PERCERAIAN* Terima kasih.
1
asooka
haii kak 💙 salam kenal🙏💖 support ceritaku ya kak - Membalas Perlakuan Anak dan Menantuku (Harta membuat anak dan menantunya menjadi gelap mata, apa yang harus di lakukan Nasti?) -Apa Yang Terjadi Pada Hanumku? (Apa penyebab Hanum si gadis manis hingga menjadi penderita ODGJ?) terimakasih 💖🙏💖
1
Rima Hutabarat
Hai, Kak. Salam Kenal. Silahkan mampir ke ceritaku: Kotak Bekal & Serbet Polkadot Merah Jambu. Pendek aja, cuma 5 bab tanpa koin dan candy. Terima kasih, Kak.
1
Okta Novita
Salam kenal, Kak. Kalau berkenan, boleh mampir ke ceritaku, ya 🤗 "DINGINNYA SUAMIKU - My Husband Secrets" Kupandangi wajah tampan yang sudah lelap dalam tidurnya. Rasa damai memenuhi hati ini hanya saat mata Arsya Narendra—suamiku—sedang memejam. Dia terlihat seperti malaikat yang sudah menggenapi hidupku yang sempat hampa. Lelaki berhidung bangir dengan kulit sawo matang itu telah menghalalkanku di depan Ayah tepat tiga bulan yang lalu. Rasanya masih belum percaya jika hubungan kami yang begitu mesra berubah sedingin bongkahan es. “Kamu ngapain di sini?” Aku terperanjat. Mas Arsya tiba-tiba membuka mata, padahal baru sekitar setengah jam dia tertidur. Gegas kubawa tubuh ini turun dari tempat tidur tanpa menjawab pertanyaannya. Aku diam, menunduk dalam posisi berdiri di samping tempat tidur. Tubuh ini gemetar dengan ujung jari saling meremas. “Kamarmu di sebelah! Lupa?” tukasnya sedikit membentak. “Ma–maaf, Mas. Ta–tadi ada tikus masuk kamarnya Mas Arsya,” jawabku gugup. Mas Arsya menggeleng kasar, lalu menoleh ke arah pintu saat aku memandangnya. Sepertinya, itu isyarat agar aku keluar. “Permisi, Mas,” pamitku sebelum melangkah ke luar kamar. “Tunggu!” seru Mas Arsya. “Ambilkan saya minum dulu!” lanjutnya. Aku pun berlalu dengan hati yang terasa kembali tersayat. Ingin rasanya mengaku kalah dan pergi jauh, tetapi seolah-olah ada yang berbisik agar aku bertahan. Entah dorongan dari mana dan untuk apa? Aku hanya ingin bahagia. Segelas air putih kuangsurkan pada Mas Arsya yang sedang duduk bersandar di atas tempat tidur. Kemudian, aku segera pergi dari kamarnya. Gugup ini selalu menguasai jika bertemu muka dengan Mas Arsya karena kedua matanya yang menatapku benci. Air mata pun mulai mengalir membasahi pipi. Semua berawal dari liburan bersama bulan lalu. Aku, Mas Arsya, dan Arumi—putri Mas Arsya dari istri pertamanya yang sudah meninggal—berencana untuk menghabiskan akhir pekan di rumah orang tuaku. Memang setelah menikah, kami belum sempat mengunjunginya sekali pun. Ya, takdirku memang menjadi istri kedua dari Mas Arsya, tetapi bukan itu masalah sebenarnya. Keteledoranku saat menjaga Arumi yang masih berusia tiga tahun membuat gadis kecil itu tutup usia. Saat itu, kami sedang menghentikan perjalanan untuk makan siang. Sementara Arumi merengek untuk dibelikan es krim. Aku pun pamit pada Mas Arsya untuk mengajak putrinya ke minimarket yang letaknya tepat di seberang restoran. Dan musibah itu terjadi. Arumi berlari cukup kencang hingga tanganku yang tadinya menggandeng tangannya terlepas. Gadis kecil itu tertabrak sepeda motor meskipun aku sudah mendapatkan tangannya lagi. Sebenarnya, aku juga terluka, tetapi Arumi tidak selamat. *** Aku mendesah berat. Meskipun Mas Arsya masih memberikan nafkah lahir, tetapi aku seolah-olah bukan lagi seorang istri. Semua pekerjaan rumah sudah diambil alih oleh asisten rumah tangga, padahal sebelumnya, untuk urusan memasak diserahkan kepadaku. Dulu, dia sangat suka dengan apa pun yang aku masak, tapi sekarang, hanya sekadar menyebut namaku saja, dia enggan. Memang kesalahan yang kuperbuat tidak akan bisa dimaafkan. “Yang sabar, Mbak. Mas Arsya pasti akan luluh lagi. Dia hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Setelah kehilangan mamanya Non Arumi, dia juga harus kehilangan putrinya.” Perkataan Bik Narti justru membuat hati ini makin merasa bersalah. Aku memang bukan istri dan ibu yang baik. Aku, Amanda Nurita sudah membunuh putri dari suamiku sendiri. Aku memejam sambil menarik napas panjang untuk mengurai sesak di dada yang terasa kian mengimpit. Bersamaan butiran kristal hangat yang keluar dari sudut mata, beban hati ini pun ikut meluruh meskipun hanya sedikit. “Mbak Amanda jadi ke makam? Kalau jadi, saya ikut,” pinta Bi Narti, membuyarkan lamunanku. “Jadi, Bi … jam delapan kita berangkat,” jawabku, lalu meninggalkannya ke kamar. Hari ini, tepat empat puluh hari Arumi pergi. Namun, Mas Arsya tidak mau diadakan pengajian di rumah. Bahkan, dia selalu pergi lebih pagi dan pulang larut malam setiap harinya, di hari libur sekalipun. Untuk menghindariku pastinya. 'Aku mencintaimu, Mas. Namun, aku kesulitan untuk bertahan dalam pernikahan yang penuh kebencian.' Tepat jam delapan pagi, aku dan Bi Narti berangkat menuju makam Arumi. Mendoakannya adalah yang utama. Dan setelah ini, mungkin aku akan melepaskan Mas Arsya dari beban. Dia tidak perlu lagi melihat wajahku, bahkan bayanganku di rumahnya. Di depan pusara anak yang sudah sangat kusayangi, lutut ini melemas. Aku ingat betul kejadian di mana darah bersimbah di sekitar kepala Arumi sebelum aku ikut tak sadarkan diri. Aku tergugu dan tentunya masih saja menyalahkan diri sendiri yang teledor. "Maafkan bunda, Nak. Bunda tidak bisa menjadi pengganti mamamu." Aku berucap lirih sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Air mata ini tidak boleh jatuh lagi meskipun tidak mampu ditahan. Saat doa sedang kupanjatkan, suara keras membuatku kaget. Aku yang dalam posisi jongkok, langsung terjungkal ke belakang. Tentu aku terkejut bukan main "Siapa yang mengizinkanmu kemari?! Kamu sudah membunuh anakku dan kamu masih beraninya kemari! Pergi! Jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi di depan makam Arumi!" Mas Arsya memekik dengan mata berkilat amarah. Aku bangkit dibantu Bi Narti. Asisten rumah tangga itu tampak ketakutan melihat majikannya yang dipenuhi emosi. Tangan perempuan berusia sekitar lima puluh tahunan itu gemetar saat memegang lenganku. "Ayo, kita pulang, Mbak. Kita nggak bisa apa-apa kalau Mas Arsya sudah marah. Bibi takut kalau Mbak Amanda jadi korban pelampiasannya lagi," bujuk Bi Narti dengan suara pelan. Ya, memang sejak kepergian Arumi, Mas Arsya mulai bersikap dingin kepadaku. Beberapa kali bentakan dan cacian pernah kuterima hanya karena masuk ke kamar putrinya. Meskipun tidak pernah ada kekerasan fisik, Mas Arsya tampak menyesal setelahnya. Biarpun tidak ada kata maaf keluar dari mulutnya, aku tahu dari sorot matanya. Dia pasti langsung pergi dari rumah dan kembali di pagi hari, kemudian pergi lagi setelah membersihkan diri. *** Aku mulai memasukkan pakaian ke dalam koper dan bersiap untuk pergi selagi Mas Arsy tidak di rumah dan Bi Narti sudah tidur. Gelapnya malam ini hampir sama dengan gelapnya nasibku. Meskipun hati ini berat meninggalkan Mas Arsya, tapi aku juga tidak mungkin tetap tinggal di tempat yang sudah menginginkan kepergianku. Brak! Aku menoleh seketika saat suara keras terdengar diikuti pintu kamar yang terbuka. "Bagus," ucap Mas Arsya sambil bertepuk tangan. Ada seringai menakutkan di wajahnya saat menatapku. "Ma–Mas." Aku perlahan berdiri dan beringsut mundur. Napas ini pun mulai pengap karena ketakutan yang tiba-tiba menyergap. "Aku tidak akan membiarkanmu pergi dan bahagia sendiri setelah merenggut Arumi dariku." Mas Arsya mulai mendekat. "Ma–maaf, Mas. Aku—" Tubuh ini terasa gemetar dan ucapanku pun terhenti saat jarak dengan laki-laki yang dikuasai emosi itu sangat dekat. Tangan kanan Mas Arsya terangkat dan itu makin membuatku tidak bisa berkutik. Aku memilih menunduk dan memejam, menunggu apa yang akan terjadi setelahnya.
1
Srhy Chan
Assalamualaiku kak... aku pendatang baru di joy... mohon dukungannya ya kak. follow akun aku ya kak...🙏🙏🙏🙏 dan jangan lupa mampir di CINTA SUCI GADIS DESA. Terimah kasih kakak😊😊😊
1
Dwi Padma Y
Permisi mau ajak teman teman baca cerbung aku berjudul " Petaka Terlalu Manis" Menceritakan seorang pria manis yang malas banget mandi namun pria tersebut malah di gandrungi setiap kaum hawa yang melihatnya sekaligus membuatnya di benci oleh sekelompok pria yang iri terhadapnya, di tambah masalah yang datang dari ibu sambungnya yaitu pelakor sekaligus penghancur rumah tangga orang tuanya. Caranya tinggal klik profil aku dah bisa langsung baca. GRATIS
1